Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan
dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid)
serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun
keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan
Umar.
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini.
Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636,
20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu
dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia
Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil
mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar
pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada
pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas
mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang
terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang
lama terhadap Yerusalem,
pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan
kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja
(Church of the
Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain
agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar
didirikan ditempat ia salat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol
dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administrasi
untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan
diselenggarakannya sensus
di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk
memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di
Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi
gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup
sangat sederhana.
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lulu'ah (Fairuz), seorang budak yang fanatik pada saat ia akan memimpin salat Subuh. Fairuz adalah orang Persia yang masuk Islam setelah Persia
ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi
Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas
kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara adidaya, oleh Umar.
Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah
wafat, jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Sebelum matahari terbit
hari Rabu itu
tanggal empat Zulhijah tahun ke-23 Hijri Umar keluar dari rumahnya
hendak mengimami salat subuh. Ia menunjuk beberapa orang di Masjid agar
mengatur saf sebelum salat. Kalau barisan mereka sudah rata dan teratur,
ia datang dan melihat saf pertama. Kalau ada orang yang berdiri lebih
maju atau mundur, diaturnya dengan tongkatnya. Kalau semua sudah teratur
di tempat masing-masing, mulai ia bertakbir untuk salat. Saat itu dan
hari itu tanda-tanda fajar sudah mulai tampak. Baru saja ia mulai niat
salat hendak bertakbir tiba-tiba muncul seorang laki-laki di depannya
berhadap-hadapan dan menikamnya dengan khanjar tiga atau enam kali, yang
sekali mengenai bawah pusar. Umar merasakan panasnya senjata itu dalam
dirinya, ia menoleh kepada jemaah yang lain dan membentangkan tangannya
seraya berkata: ”Kejarlah orang itu; dia telah membunuhku!” Dan orang
itu adalah Abu Lu’lu’ah Fairuz, budak al-Mugirah. Dia orang Persia yang
tertawan di Nahawand, yang kemudian menjadi milik al-Mugirah bin
Syu’bah. Kedatangannya ke Masjid itu sengaja hendak membunuh Umar di
pagi buta itu. Ia bersembunyi di bawah pakaiannya dengan menggenggam
bagian tengahnya khanjar bermata dua yang tajam. Ia bersembunyi di salah
satu sudut Masjid. Begitu salat dimulai ia langsung bertindak. Sesudah
itu ia menyeruak lari hendak menyelamatkan diri. Orang gempar dan kacau,
gelisah mendengar itu. Orang banyak datang hendak menangkap dan
menghajar orang itu. Tetapi Fairuz tidak memberi kesempatan
menangkapnya. Malah ia menikam ke kanan kiri hingga ada dua belas orang
yang kena tikam, enam orang meninggal kata satu sumber dan menurut
sumber yang lain sembilan orang. Dalam pada itu datang seorang dari
belakang dan menyelubungkan bajunya kepada orang itu sambil
menghempaskannya ke lantai. Yakin dirinya pasti akan dibunuh, Fairuz
bunuh diri dengan khanjar yang digunakan menikam Amirul mukminin.
Tikaman yang mengenai bawah pusarnya itu
telah memutuskan lapisan kulit bagian dalam dan usus lambung yang dapat
mematikan. Konon Umar tak dapat berdiri karena rasa perihnya tikaman
itu, dan terhempas jatuh. Abdur-Rahman bin Auf segera maju
menggantikannya mengimami salat. Ia meneruskan salat itu dengan membaca
dua surah terpendek dalam Quran: al-Asr dan al-Kausar. Ada juga
dikatakan bahwa orang jadi kacau-balau setelah Umar tertikam dan
beberapa orang lagi di sekitarnya. Mereka makin gelisah setelah melihat
Umar diusung ke rumahnya di dekat Masjid. Orang ramai tetap kacau dan
hiruk-pikuk sehingga ada yang berseru: Salat! Matahari sudah terbit!
Mereka mendorong Abdur-Rahman bin Auf dan dia maju salat dengan dua
surah terpendek tersebut.
Sumber kedua ini sudah tentu lebih dapat
diterima. Dalam suasana kacau begitu barisan orang untuk salat kembali
sudah tidak akan teratur lagi, sementara Amirulmukminin tergeletak
bercucuran darah di depan mereka, dan darah orang-orang yang juga
terkena tikam bergelimang di sekitar mereka, dan si pembunuh juga sedang
sekarat di tengah-tengah mereka! Andaikata – dengan penderitaan akibat
beberapa kali tikaman itu – kita dapat membayangkan Umar sedang berpikir
untuk meminta Abdur-Rahman bin Auf menggantikannya salat – suatu hal
yang jauh dapat dibayangkan akal – tidaklah kita dapat membayangkan saat
itu orang dapat mengatur barisan sementara mereka dalam suasana
kegamangan dan ketakutan. Tentunya ketika itu Umar sudah diusung ke
rumahnya di dekat Masjid dalam keadaan sadar atau pingsan karena
dahsyatnya tikaman itu dan orang-orang mengelilinginya ketika dibawa
masuk kepada keluarganya. Orang-orang yang terkena tikam dan dibawa
keluar dari Masjid atau dipindahkan ke sekitarnya itu, sudah diberi
pertolongan. Mayat Fairuz juga dikeluarkan dan dibawa ke Butaiha.
Setelah itu orang kembali ke Masjid dan membicarakan kejadian itu sampai
kemudian ada orang yang mengingatkan mereka akan waktu salat. Ketika
itulah mereka meminta Abdur-Rahman bin Auf untuk mengimami salat.
Umar Menanyakan Siapa yang Membunuhnya
Seiring terbitnya matahari pagi, berita mengerikan tersebut tersebar ke seantero Madinah.
Penduduk ingin mengetahui lebih jelas mengenai kejadian yang sangat
mengejutkan itu. Bahkan pemuka pemuka dari masing masing kabilah segera
berkumpul di halaman rumah umar untuk mengetahui kondisi kesehatanya.
Abdullah ibn Abbas mengungkapkan “Aku masih berada ditempat Umar dan
dia belum sadarkan diri hingga mata hari terbit. Setelah siuman, sambil
berbaring ia bertanya: “Apakah orang orang sudah shalat?”
“Sudah", jawab Abdullah ibn Abbas.
Setelah itu ia memerintahkan Abdullah ibn Abbas untuk mencari tahu
orang yang telah menusuknya. Aku segera belajar keluar dan menemui para
pemuka kabilah.
“Saudara saudaraku,“ kata Abdullah ibn Abbas, “Amirul mu’munin ingin
mengetahui apakah peristiwa ini merupakan konspirasi kalian?”
Para
pemuka kabilah yang mendengar pertanyaan tersebut menjadi kecut, dan
serentak berkata, “Semoga Allah melindungi kami, kami tidak tahu. Mana
mungkin itu akan terjadi. Jika kami tahu, pasti kami bersedia menebusnya
dengan nyawa kami atau anak anak kami."
“ Lalu siapa yang menikam amirilmukminin?” Tanya Abdullah bin Abas lagi.
“Ia ditikam oleh musuh allah, Abu Lu’luah budak Mughirah bin Syu’bah,” jawab mereka.
Abdullah
bin Abbas kembali dalam rumah Khalifah Umar dan menyampaikan kabar
orang yang telah menikamnya. “ Alhamdulillah, aku tidak dibunuh oleh
seorang muslim, tidak mungkin orang arab akan membunuhku,” kata Umar.
Kemudian Umar R.A. menangis. Umar R.A. berkata "Demi Allah, jika aku
dapat meninggalkan dunia ini tanpa ada perkara yang memberatkanku dan
tak ada apa-apa untukku, maka aku akan bahagia."
Abdullah ibn Abbas R.A. berkata "Ya Amirul Mukminin, Rasulullah S.AW.
meninggalkan dunia ini dan dia merasa bahagia denganmu, tidak ada dua
orang Muslim yang berselisih berkenaan dengan kekhalifahanmu, setiap
orang bahagia dengan kekhalifahanmu."
Umar R.A. berkata "Aku tahu itu, tapi kekhalifahan ini membuatku
khawatir. Wahai Abdullah, dudukkan aku", kemudian mereka
mendudukkannya. Kemudian Umar memegang bahu Abdullah dan berkata "Wahai
Abdullah, maukah kau bersaksi untukku di hari kiamat?"
Abdullah berkata "Aku akan bersaksi untukmu di hari kiamat."
Kemudian Umar berbaring di pangkuan putranya, Abdullah ibn Umar. Dia berkata kepadanya "Tempatkan pipiku di lantai."
Abdullah ibn Umar R.A. berkata "Kenapa ayah?" sembari mengecup kening Umar, dan menempatkan pipinya di lantai.
Umar berkata "Jika aku ditakdirkan berada di surga, maka bantal surga
lebih lembut daripada pahamu, dan jika aku ditakdirkan masuk neraka,
maka kau tidak menginginkan seorang penghuni neraka di atas pahamu."
Selain
itu, ia juga berpesan kepada anaknya agar menjual benda benda yang
dimilikinya untuk melunasi utang utangnya. Sebab ia tidak ingin
meninggalkan dunia dengan membawa kewajiban yang belum diselesaikan.
Kemudian Umar R.A. memberitahu anggota keluarganya "Lembut-lembutlah
dalam mengkafaniku karena jika Allah menakdirkanku surga, maka Allah
akan memberikanku yang lebih baik daripada ini, dan jika Allah
menakdirkan neraka untukku, maka Allah akan mencabutku dari semua ini.
Berlembutlah dalam menggali kuburku, karena jika Allah menakdirkanku
surga, maka dia akan meluaskan kuburku. Dan jika Allah menakdirkan
neraka untukku, maka kubur itu akan menghimpitku."
Kemudian dia berkata kepada anaknya, yaitu Abdullah ibn Umar "Ya
Abdullah, pergilah dan tanyakan kepada Aisyah R.A., apakah dia
membolehkanku untuk dikubur disamping Rasulullah S.A.W. dan Abu Bakar
R.A.?"
Lalu pergilah Abdullah ibn Umar R.A., dia mengetuk pintunya dan masuk ke
rumah Aisyah R.A. Ternyata Aisyah R.A. sedang menangis, dan dia
memberikan salam padanya kemudian bertanya pada Aisyah "Umar meminta
untuk dikuburkan di samping Rasulullah S.A.W. dan Abu Bakar R.A., apakah
kau mengizinkannya?"
Aisyah R.A. berkata "Aku sudah memesan tempat itu untuk diriku, karena
Rasulullah adalah suamiku dan Abu Bakar adalah ayahku, tapi aku akan
memberikannya kepada Umar."
Dan riwayatnya menyebutkan ketika Abdullah datang, Umar sedang berbaring
dan dia berkata "Dudukkan aku." Kemudian mereka mendudukkannya, lalu
Abdullah memasuki ruangan dan berkata "Wahai ayahku, keinginanmu
dikabulkan."
Umar R.A. berkata "Aku tidak punya keinginan apapun melebihi itu. Ketika
aku meninggal dan kau membawaku untuk dikuburkan, tanyakan kepada
Aisyah R.A. lagi, mungkin karena statusku dia merasa keberatan untuk
memberikanku tempat itu. Tanyakan dia lagi, dan jika dia setuju, maka
kuburkan aku disana, kalau tidak, maka kuburkan aku di pemakaman umat
Muslim."
Beberapa hari setelah peristiwa penikanman, Umar bin Khatab
menghembuskan nafas terakhirnya dan menyisakan duka mendelam dikalangan
umat islam. Seandainya lematian Umar bin khatab tidak melalui proses
yang sangat keji dan tragis, mungkin kesedihan tidak akan beerlarut
larut dan dendam tidak akan bersarang di dalam dada para keluarga.
Bagai
manapun kondisi islam sepeninggalan Umar saat itu, dapat dikatakan
bahwa islam telah mencapai kegemilangan dan ini tidak dapat dilepaskan
dari peran uamar bin khatab. Inilah salah satu masterpiece Umar bin
Khatabyang berhasil ditorehkan semasa hidupnya.
Dan Umar R.A. meninggal dan dikuburkan di samping Abu Bakar R.A. dan Rasulullah S.A.W.
(Sumber: http://www.lampuislam.blogspot.com)
[ds]